Keberhasilan pembudidayaan tanaman jambu mete membawa dampak
positif bagi masyarakat, terutama petani yang sekaligus juga pemilik lahan.
Biji mete yang mempunyai nilai ekonomi tinggi telah dapat meningkatkan taraf
hidup mereka.
Namun bagaimanakah dengan nasib daging buah dari mete
tersebut. Banyak orang seringkali tidak menganggapnya dan hanya dibuang setelah
mengambil biji metenya. Padahal ada
berbagai cara untuk meningkatkan nilai ekonomi dari daging buah jambu mete atau
yang biasa di kenal dengan buah semu jambu mete. Salah satunya adalah dengan
memanfatkannya selai (jam) baik untuk
pelengkap pada saat memakan roti atau sebagai penguat rasa pada makanan.
Secara umum buah semu jambu mete merupakan bagian dari
tangkai buah yang menggembung dan berdaging, buah semu ini memiliki aroma dan
rasa yang khas yang apabila dikonsumsi langsung terasa sekali manis dan
sepatnya di lidah, memiliki tekstur setengah padat (intermediate moisture food)
yang kandungan gizinya cukup tinggi meliputi protein, gula, lemak, karbohidrat,
mineral, dan vitamin (A,B dan C).
Buah yang akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan selai
adalah buah yang telah benar2 matang secara sempurna, yang ditandai dengan
warna yang cerah menarik, lunak dan beraroma harum. Tingkat kematangan buah
jambu mete yang digunakan dalam pembuatan selai berkaitan erat dengan kandungan
senyawa tanin yang menyebabkan ada
rasa sepat pada jambu mete. Pada kematangan yang maksimal kadar tanin justru minimal.
Mengolah buah semu jambu mete menjadi selai adalah dengan
cara memeras daging buah semu menjadi cairan / atau sari buah, dengan perbandingan 50% dari keseluruhan.
Artinya dalam setiap 50 Kg buah semu jambu mete akan menghasilkan 25 Kg sari
buah. Akan tetapi padatan dari daging
buah setelah di ekstrak tidak di buang, karena di perlukan untuk proses
pembuatan selanjutnya.
Setelah itu sari buah semu mete tersebut di beri pemanis
berupa gula pasir dengan presentase 80% dari volume sari buah tersebut. Misalnya 25 Kg sari buah semu jambu mete maka
gula yang harus di tambahkan adalah 25kg ×
80% = 20 Kg. Setelah itu ditambahkan bahan pengental, yaitu pepaya
mengkal yang telah di tumbuk halus sebanyak 6 KG . bahan tambahan lain adalah
penyedap rasa yaitu garam, keningar,
daun pandan serta bunga pala.
Kedua adonan di campur sambil di panaskan diatas api kecil
sambil di aduk secara berlahan dan terus menerus hingga adonan mengental. Selama pemanasan senyawa tanin akan hilang
dengan sendirinya, sehingga selai tidak lagi berasa sepat.
Setelah adonan menjadi seperti gel, maka api di matikan dan
bahan-bahan penyedap (garam, keningar, daun pandan serta bunga pala)
dipisahkan. Pengemasan selai sebaiknya
di lakukan pada saat adonan selai masih panas, maka selai pun jadi dan siap
untuk di konsumsi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar